Adalah “komputer” yang selama ini membuatku penasaran setelah
mendengar cerita dari salah seorang teman yang kuliah di Jurusan Teknik
Elektro, disalah satu Universitas. Dia bilang komputer adalah sebuah
alat yang sangat canggih, “kamu bisa mengetik tanpa mesin ketik, sambil
kamu dengar musik atau main game.”, begitu katanya. Saat itu saya masih
bekerja di sebuah perusahaan swasta sambil kuliah dan sama sekali belum
ada gambaran tentang benda yang disebut komputer ini. Waktu itu komputer
masih sangat langka, bahkan orangtua saya belum mampu
membelikan
komputer untuk saya kuliah. Untungnya saya punya teman dekat yang punya
komputer, seorang mahasiswa disebuah Universitas Swasta.
Dari Teman yang memperkenalkan dan mengajari saya tentang komputer
dan cara mengoperasikannya. Pertama kali melihat penampakan komputer
saya pikir ternyata dia mirip dengan televisi (hanya lihat monitornya
yang masih monitor analog). Teman saya kemudian menunjukkan
bagian-bagian komputer yang lain dan menjelaskan fungsinya
masing-masing. Dia juga menjelaskan sedikit tentang hardware dan
mengatakan bahwa komputer yang sedang ada di hadapan kami itu
menggunakan prosesor Pentium II. Setelah menyalakan layar monitor dan
menekan tombol power di CPU muncullah beberapa tulisan hitam putih yang
diikuti dengan logo bertuliskan “microsoft Windows 98″. Program aplikasi
yang pertama kali saya buka adalah Microsoft Word (Office 98) dan saya diajari beberapa fungsi dasar seperti bold, italic, underline, cara mengubah ukuran font, membuat garis, tabel, word art, dan lain-lain.
Ternyata tidak terlalu sulit untuk dapat mengoperasikan komputer dan
beberapa program aplikasi utama. Setelah beberapa hari rutin belajar
akhirnya saya sudah dapat mengoperasikan komputer dengan baik. Sebelum
memiliki computer teman saya menawari sesuatu yang katanya lebih canggih
lagi dari apa yang sudah saya pelajari beberapa hari ini, namanya
“internet”. Dia bilang dengan internet kamu bisa kirim surat kemana saja
dan sampai dalam hitungan detik. Wah, saya benar-benar terkesima
mendengarnya. Dia juga menambahkan dengan internet kamu bisa
berkomunikasi dengan orang di seluruh dunia, kamu bisa baca berita tanpa
harus beli koran, dan seterusnya. Saya benar-benar penasaran dibuatnya
dan karena rasa ining tahu saya meminta teman menemani saya ke sebuah
warnet yang masih bisa dihitung jari jumlahnya kala itu. Warnet tersebut
terletak di Jl. Gunung Sahari dan tarifnya Rp.10.000/jam. Situs
internet yang pertama kali saya lihat adalah www.yahoo.com. Saya
kemudian belajar membuat e-mail dan mengirim surat lewat e-mail. Sekitar
1 jam di warnet saya merasa sudah mengerti tentang internet, tapi hanya
sebatas mengirim e-mail dan membuka situs (browsing). Keesokan harinya
saya sudah harus balik ke kampung dan tentunya selama di kampung saya
tidak dapat berkomputer apalagi berinternet.
Setelah berhenti bekerja dan lulus dari pergurun tinggi swasta tiga
tahun kemudian. Saya ingat sekali waktu itu tempat yang pertama
kudatangi sesuai yang ditunjukkan ktemanku adalah tempat pengetikan dan
warnet yang terletak di depan rumah teman Tempat ini merupakan usaha
bersama yang didirikan oleh teman dan beberapa temannya. Ada beberapa PC
di sana, rata-rata menggunakan prosesor Pentium II dengan sistem operasi Windows 98.
Saya memilih tinggal di tempat ini karena selain lokasi yang sangat
dekat saya juga punya banyak waktu dan kesempatan untuk lebih mendalami
tentang komputer dan Internet. Di tempat inilah saya belajar banyak
tentang hardware dan troubleshooting masalah-masalah komputer. Sayapun
semakin mahir menggunakan program-program aplikasi standar seperti
MS-Office. Di pertengahan 2004, usaha pengetikan dan warnet itu gulung
tikar karena manajemen yang buruk. Dua buah PC dari warnet tersebut
menjadi milik temanku dan diberikannya kepadaku. Bermodalkan dua
komputer Pentium II tersebut saya pun membuka usaha pengetikan sendiri.
Di awal tahun 2007, saya mulai tercerahkan soal asal-usul sistem
operasi komputer dan saat itu saya mulai merasa tidak nyaman menggunakan
sistem operasi Windows bajakan. Di satu sisi saya ingin menggunakan
software Windows yang asli, tetapi di sisi lain harganya yang sangat
mahal membuat saya harus berpikir dua kali. Bersamaan dengan itu,
seorang teman mengenalkan sistem operasi Linux yang free license.
Setelah mengumpulkan banyak informasi dan browsing sana-sini akhirnya
saya memutuskan untuk bermigrasi total ke Linux dan meninggalkan
Windows. Pada awalnya banyak kendala yang saya temui dengan Linux,
khususnya yang berhubungan dengan setting hardware dan program aplikasi.
Tetapi dengan bantuan sejumlah komunitas yang tertarik dengan Open
Source seperti LUGU (linux User Group) dan C-OS (Community of Open
Source), proses migrasi saya pun berjalan mulus dan tetap menggunakan
Linux sampai sekarang. Distro Linux yang pertama kali saya install
adalah Vector Linux Soho 5.0 yang berbasis Slackware, kemudian berpindah
ke PCLinuxOS 2007, dan terakhir Ubuntu sampai sekarang.
Perkenalan pertama saya dengan teknologi komputer ini telah menjadi
sebuah tonggak sejarah dalam hidup dan karir saya. Bahkan sekarang ini,
komputer dan internet telah menjadi ruh bagi pekerjaan sehari-hari saya
sebagai seorang CEO warnet pribadi.